Forever Alone Happy  - Rage Face Comics
Home About Contact Otolek Blog Facebook Twitter Games Login
GTGYBN™
UIN SUKA
Thursday, October 16, 2014 | 8:15 PM | 0 comments

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tak luput dari andil falsafah Barat dan Eropa yang telah berjaya sejak masa renaissanceauf klarung, Revolusi Industri, modernisme hingga post-modernisme. Tak ubahnya seperti mata rantai yang saling bertautan, renaissance telah menimbulkan kemajuan kemanusiaan dan ilmu pengetahuan yang spektakuler. Temuan mesin uap James Watt, listrik Thomas Alfa Edison, mikroskop Louis Pasteur, inti nuklir Marie Currie dan Piere Currie serta ilmuwan lainnya telah merubah wajah dunia Barat dan Eropadari Dark Ages menuju Golden Ages. Gelombangrenaissance dinikmati hasilnya oleh manusia saat ini dengan munculnya berbagai industri canggih dan mesin-mesin mekanik yang siap membantu kerja berat manusia serta menciptakan tingkat kenyamanan hidup, pola kerja profesional dan gaya hidup modern.
Namun sayangnya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang diakibatkan oleh renaissance tersebut kering spiritual dan moralitas. Interaksi antar sesama manusia dipandang sebagai sekedar kontrak sosial-budaya, sehingga segala hal yang bersifat tabu dalam pandangan moralitas kemanusiaan dan nilai-nilai agama, menjadi permisif. Berbuat baik dinilai tidak harus berdasarkan pada ajaran agama, melainkan orang bisa berbuat baik karena rasa kemanusiaan. Mencapai kebahagiaan batin pun, orang tidak harus melalui agama, namun bisa juga diperoleh dengan olah batin, yoga, konsultasi, kehidupan mistik, atau jalan spiritualistik lainnya.
Kemajuan yang dinikmati oleh Barat dan Eropa menjadi timpang dan tidak lengkap karena adanya world view yang terlampau antroposentris, rasio-budaya-oriented, dan sekularistik. Suatu hal yang kontras terjadi, ketika umat Islam mengalami Golden Ages pada masa Abbasiyah, kemajuan ilmu pengetahuan beriringan dengan kehidupan beragama, bahkan kemajuan itu sendiri dipastikan sebagai diinspirasi oleh spirit Islam. Hassan Hanafi berpendapat bahwa agama memberi sains norma etika teknologi, dan agama mencegah penggunaan energi untuk kerusakan massal, justru agama hanya untuk perdamaian, sebagaimana dikutip di bagian atasPeradaban Islam berupaya untuk mengembalikan paradigma keilmuan secara integralistik-interkonektif dan menghindari dikotomi ilmu.
Atas dasar rasional di atas, falsafah, sains dan agama hendaknya tidak dipahami secara single entities (terpisah), melainkaninterconnected entities (saling terkait). Dalam sejarahnya, kemajuan umat Islam dapat mencapai puncaknya ketika falsafah, sains dan agama berjalan beriring secara terpadu. Pemahaman tentang keilmuan yang integratif interkonektif seperti itulah yang sedang dikembangkan oleh Perguruan Tinggi Islam di Indonesia untuk meraih keunggulan peradaban umat Islam secara terpadu dalam bingkai keislaman, keindonesiaan dan keilmuan.
Di sisi lain integrasi keilmuan yang sedang dikembangkan oleh Perguruan Tinggi Islam juga dihadapkan pada tantangan pada sebesar apa kontribusinya pada pembangunan. Karena substansi dari pengetahuan adalah mampu memberikan kontribusi positif pada pembangunan. Implementasi keilmuan integrasi interkoneksi ini tentu saja perlu dievaluasi dan diteliti agar dapat diketahui sejauhnya mana dampak dan efektifitasnya dalam merubah orientasi keilmuan di UIN.
Dalam rangka hal tersebut, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 8-9 Oktober 2014 mengadakan seminar internasional bertemakan Knowledge Integration and Sustainable Development: Renewal Vision for Islamic Universities. Pada seminar tersebut hadir beberapa pembicara baik dalam maupun luar negeri. Diantaranya Prof. Dr. Jamal Sharq (Sultan Qabus University Oman), Prof. Dr. Muhammad Mestiri (Zaituna University Tunis), Prof. Hibab Abd Jawad (Cairo University Mesir), Prof. Dr. Amin Abdullah (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Prof. Dr. Machasin (Ka. Balitbang Diklat Kemenag RI), dan Dr. Ali Abdul Mun’im (UII Yogyakarta).
Adapun rekomendasi dari seminar tersebut adalah mengembangkan keilmuan Islam agar dapat sejajar dan in line dengan perkembangan keilmuan lainnya. Selain itu perlunya mendorong Perguruan Tinggi Islam baik di Indonesia maupun di dunia Islam memperkuat basis keilmuan (integrasi dan interkoneksi) untuk meningkatkan kontribusi PTAI di masa-masa dan terlebih dimasa yang akan datang dalam kancah pembangunan berkelanjutan. (**uDin Humas)


|



Web Counter

Masih Hots


Facebook





Twitter

Klik gambar Di Pojok Kiri
AJAHH !! Eaaa.

Blog Tetangga : NamaPanjang | Aing-Creations | Cyber X-Ploler | ./Cyber4rt | AIR_GEAR's Blog | Tamora Cyber Blog | File666

__________________________________________

1504 Followers

__________________________________________




CopyRight © 2012.Di Perbudak oleh blogger.com